Rabu, 26 November 2014

Peranan Pesantren dalam menciptakan Masyarakat Madani

Bab I
Pendahuluan
    A.    Latar belakang masalah
Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera sebagaimana yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan muncul, seperti demokrasi. Cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini terlaksana apabila semua bidang pembangunan bergerak secara terpadu yang menjadikan manusia sebagai subjek. Pengembangan masyarakat sebagai sebuah kajian keilmuan dapat menyentuh keberadaan manusia yang berperadaban. Pengembangan masyarakat merupakan sebuah proses yang dapat merubah watak, sikap dan prilaku masyarakat ke arah pembangunan yang dicita-citakan. Indikator dalam menentukan kemakmuran suatu bangsa sangat tergantung pada situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakatnya.
Munculnya istilah masyarakat madani pada era reformasi ini, tidak terlepas dari
kondisi politik negara yang berlangsung selama ini. Sejak Indonesia merdeka, masyarakat belum merasakan makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Pemerintah atau penguasa belum banyak member kesempatan bagi semua lapisan masyarakat mengembangkan potensinya secara maksimal. Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan masyarakat madani, asalkan semua potensi sumber daya manusia mendapat kesempatan berkembang dan dikembangkan. Mewujudkan masyarakat madani banyak tantangan yang harus dilalui. Untuk itu perlu adanya peranan pendidikan pesantren dalam menciptakan masayarakat madani.
Akhir-akhir ini sering muncul ungkapan dari sebahagian pejabat pemerintah, politisi, cendekiawan, dan tokoh-tokoh masyarakat tentang masyarakat madani (sebagai terjemahan dari kata civil society). Tanpaknya, semua potensi bangsa Indonesia dipersiapkan dan diberdayakan untuk menuju masyarakat madani yang merupakan cita-cita dari bangsa ini. Masyarakat madani diprediski sebagai masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat, dan agama sehingga sangatlah penting peranan pesantren dalam  menciptakan nasyarakat madani tersebut . Demikian pula, bangsa Indonesia pada era reformasi ini diarahkan untuk menuju masyarakat madani, untuk itu kehidupan manusia Indonesia akan mengalami perubahan yang fundamental yang tentu akan berbeda dengan kehidupan masayakat pada era orde baru. Kenapa, karena dalam masyarakat madani yang dicita-citakan, dikatakan akan memungkinkan "terwujudnya kemandirian masyarakat, terwujudnya nilai-nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat, terutama keadilan, persamaan, kebebasan dan kemajemukan [pluraliseme]" , serta taqwa, jujur, dan taat hukum.
Terobosan pemikiran kembali konsep dasar pembaharuan pendidikan pesantren menuju masyarakat madani sangat diperlukan, karena pendidikan pesantren sarana terbaik yang didisain untuk menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan tradisi kereligiusan mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-perkembangan disetiap cabang pengetahuan manusia. Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka masalah yang perlu dicermati dalam pembahasan ini adalah bagaimanakah peranan pendidikan pesantren dalam menciptakan masyarakat madani.
B.  Rumusan masalah
      1.  Apa hakekat pendidikan pesantren?
2.      Apa hakekat masyarakat madani?
3.      Bagaimana peranan pendidikan pesantren dalam menciptakan masyarakat madani?

                                                                         Bab II

                                                      Pembahasan

A.    Hakekat pendidikan pesantren

Pada dasarnya, pendidikan pesantren dirumuskan dari dua pengertian
dasar yang terkandung dalam istilah pendidikan dan istilah pesantren. Kedua
istilah itu disatukan dan arti keduanya menyatu dalam definisi pendidikan
pesantren.

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan teratur, sistematis yang
dilakukanoleh orang–orang yang diserahi tanggung jawab untuk
mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita
pendidikan. Dalam definisi yang lain, pendidikan ialah bantuan yang
diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani
maupun rohanianya untuk mencapai tingkat dewasa. 

          Abu Achmadi menyatakan pendidikan adalah usaha membawa anak
kepada tujuan tertentu, yaitu menanamkan akhlak yang baik agar memiliki
sifat yang baik dan berpribadi luhur dan pendidikan senantiasa menanamkan
nilai- nilai yang luhur dan norma-norma susila selanjutnya diterapkan dalam
bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai- nilai dan norma -norma yang ada.

Berdasarkan pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan
pendidikan adalah usaha sadar, teratur dan sistematis yang dilakukan oleh
orang dewasa yang  diberi tanggung jawab untuk menanamkan akhlak yang baik dan nilai-nilai luhur, serta norma-norma susila kepada anak didik sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani untuk mencapai
kedewasaan.
         
          Pendidikan Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkansebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak ratusan tahunyang lalu, serta telah menjangkau hamper seluruh lapisan masyarakat muslim.
      
B.     Hakekat masyarakat madani

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”
 Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep “civil society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masya
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).rakat muslim modern..

C.    Peranan pendidikan pesantren dalam menciptakan masyarakat madani
Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam tahap awal di Indonesia yang pada tahap awal sebelum masuknya ide-ide pembaruan pemikiran islam ke Indonesia semata-mata mengajarkan kitab-kitab klasik yang bertujuan untuk membentuk ulama’,kyai dan kompeten dalam bidang ilmu-ilmu diniyah.
          Sesuai dengan arus kemajuan zaman dibarengi pula masuknya ide-ide pembaruan pemikir islam ke Indonesia maka pesantren telah mengalami dinamika. Dinamika itu dapat dilihat dari tiga segi,dinamika materi (bahan yang diajarkan),dinamika adminimistrasi dan management,serta dinamika system dan nonklasikal menjadi klasikal.
          Dengan demikian daapat dipahami bahwa pesantren semakin adaptif terhadap kemajuan zaman.atas dasar itu peluang pesantren sebagai lembaga pendidikan islam yang akan menciptakan manusia seutuhnya akan semakin terbuka. Selain dari itu pesantren juga berperan untuk membentuk masyarakat madani yang bercirikan,masyarakat religious,demokratis,egalitarian,toleran,berkeadilan serta berilmu.
          Kesemua cirri-ciri masyarakat madani ini di transformasikan dari sikap hidup masyarakat madinah yang dipimpin Rosul SAW. Sangat erat kaitanya dengan out put pesantren.






    Bab III

Penutup
A.     Kesimpulan

1.    Pendidikan Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkansebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak ratusan tahunyang lalu, serta telah menjangkau hamper seluruh lapisan masyarakat muslim.
2.    Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
3.    pesantren berperan untuk membentuk masyarakat madani yang bercirikan,masyarakat religious,demokratis,egalitarian,toleran,berkeadilan serta berilmu.
B.     Saran
Sebaiknya penerapan masyarakat madani di Indonesia dapat lebih dikembangkan dalam aspek pendidikan, politik, sosial, dan budaya dan masyarakat madani perlu segera diwujudkan karena bermanfaat untuk meredam berbagai tuntutan reformasi dari dalam negeri maupun tekanan-tekanan politik dan ekonomi dari luar negeri sehingga dapat tecapainya cita-cita sesuai dengan harapan masyarakat madani.
Dengan demikian, di Indonesia diharapkan dapat menegakkan hukum yang sehat dan demokrasi. Masyarakat juga harus mengontrol kinerja pemerintah dan para wakilnya, agar tidak bertentangan dengan kehendak masyarakat madani. Baik menjadi anggota masyarakat madani maupun perangkat negara hendaknya dapat mewujudkan demokrasi.



\
DAFTAR PUSTAKA

1.   Azizi, A Qodri Abdillah. 2000. Masyarakat madani Antara Cita dan Fakta: Kajian Historis-Normatif. Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2.  Ismail SM. 2000. Signifikansi Peran Pesantren dalam Pengembangan Masyarakat madani. Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

3.    Rahardjo, D. 1997. Relevansi Iptek Profetik dalam Pembangunan Masyarakat Madani, Academika, Vol. 01, Th. XV, halaman 17-24.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar