Rabu, 26 November 2014

struktur hadits nabi meliputi sanad, matan dan perowi

BAB I

 PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
            Jika sekiranya hadith Nabi itu sama dengan Al-qur’an,yang diturunkan secara mutawatir, baik secara makna maupun lafadz, maka kajian hadith nabi hanya difokuskan kepada kandungan maknanya saja dan tidak banyak menimbulkan ikhtilaf. Akan tetapi berhubung hadith nabi yang sampai kepada kita melalui sejarah panjang dan sebagaian besar melalui periwayatan ahad dari pada periwayatan mutawatir. Bahkan sebagian diantaranya merupakan penuturan makna, maka penyertaan sumber atau (sanad) dalam periwayatan menjadi demikian penting.
            Oleh karenanya, maka pengetahuan tentang hadith nabi dan strukturnya merupakan bagian penting dalam pembahasan ilmu hadith. Di bawah ini akan di jelaskan tentang struktur hadith meliputi sanad,matan dan perowi.

     B.  RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan struktur hadits Nabi?
2. Apa yang dimaksud dengan sanad dan matan hadits?
3.Bagaimana kedudukan sanad hadits?
4. Apa pengertian Mukharrij (perowi)?

     C.  TUJUAN MASALAH
1.Untuk pemenuhan tugas mata kuliah STUDI HADITS.
2.Untuk mengetahui struktur hadith Nabi.
3.Untuk mengetahui sanad dan matan hadits.
4.Untuk mengetahui kedudukan sanad hadits.
5. Untuk mengetahui Mukharrij.






BAB II

PEMBAHASASAN

A.    Struktur hadith Nabi
Hadits Nabi yang lengkap dan jelas terdiri dari sanad, matan, dan Mukharrij (perowi)
Sehingga,  ketiga struktur tersebut bisa dikatakan sebagai tiga unsur (komponen) pokok yang terkandung didalamnya.
1.      Sanad
Sanad dari segi bahasa artinya (sandaran, tempat yang bersandar, yang menjadi sandaran) Sedangkan menurut istilah ahli hadits, sanad yaitu Jalan yang menyampaikan matan hadits yakni rangkaian para perowi yang memindahkan matan dari premernya. Jalur ini adakalanya yang disebut dengan Sanad, adakalanya karena periwayat bersandar kepadanya dalam menisbatkan matan kepada sumbernya, dan ada kalanya karena hafidz bertumpu pada “yang menyebutkan sanad” dalam mengetahui shohih dan dhoif nya suatu hadits. ( silsilah orang-orang yang menghubungkan kepada matan hadits).

Silsilah orang yang dimaksud adalah susunan atau rangkaian orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, sejak yang disebut pertama sampai kepada Rosululloh SAW. yang perkata’an dan perbuatan, dan lainya merupakan sanad atau matan hadits. Dengan pengetian tersebut, sebutan sanad hanya berlaku pada rangkaian orang, bukan dilihat dari sudut pribadi secara perseorangan.Dengan demikian, sanad adalah rantai penutur atau perowi (periwayat) hadist.

            Contoh Sanad
حدثنا عبد الله بن يوسف قا ل أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه قرأ فى المغرب الطور. (رواه البخاري)
Artinya:
“memberitakan kepada kami Abdullah bin Yusuf ia berkata; memberitakan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya berkata: “aku mendengar Rasulallah SAW membaca surah Ath-Thur pada salat maghrib.” (HR. Al-Bukhori)[1]
      b.    Matan
Kata matan menurut bahasa berarti ما ارتفع وصلب من الارض yang berarti tanah yang tinggi dan keras,namun ada pula yang mengartikan kata matan dengan arti kekerasan, kekuatan, kesangatan. sedangkan arti matan menurut istilah ada banyak pendapat yang dikemukakan para ahli dibidangnya, diantaranya:
                        - Menurut Muhammad At Tahhan
ما ينتهى اليه السند من الكلام
“suatu kalimat tempat berakhirnya sanad”
                        - Menurut Ath Thibbi
الفاظ الحديث التى تتقوم بها معاني
“lafadz hadis yang dengan lafadz itu terbentuk makna”
Jadi pada dasarnya matan itu ialah berupa isi pokok dari sebuah hadis, baik itu berupa perkataan Nabi atau perkataan seorang sahabat tentang Nabi. Posisi matan dalam sebuah hadis amatlah penting karna dari matan hadis tersebutlah adanya berita dari Nabi atau berita dari sahabat tentang Nabi baik itu tentang syariat atau pun yang lainnya,

2. Contoh matan
عن أم المؤمنين عا ئشة رضى الله عنها قالت : قال رسول الله , من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد. (رواه متفق عليه)
“warta dari Ummu Al Mukminin, ‘Aisyah ra., ujarnya: ‘Rasulullah SAW telah bersabda: barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan (agamaku), maka ia tertolak’. ” (Hr. Bukhori dan Muslim)
Dari contoh hadist diatas yang dimaksud dengan matan hadis ialah lafadz yang dimulai dengan من أحدث hingga lafadz فهو رد atau dengan kata lain yang dimaksud dengan bagian matan dari contoh hadis di atas ialah lafadz من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد “barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan (agamaku), maka ia tertolak”.[2]





B.     Kedudukan sanad hadits
Para ahli hadits sangat berhati-hati dalam menerima suatu hadits kecuali apabila mereka mengenal dari siapa mereka menerima setelah benar-benar dapat dipercaya. Pada umumnya riwayat dari golongan sahabat tidak ada persyaratan apapun untuk diterima periwayatanya. Akan tetapi merekapun sangat berhati-hati dalam menrima hadits.
Pada masa khalifah Abu Bakar r.a dan Umar r.a periwayatan hadits diawasi secara ketat dan hati-hati, dan tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenaranya oleh seorang yang lain. Ali bin Abu Tholib tidak menerima hadits sebelum yang meriwayatkanya disumpah.
Meminta aksi kepada seorang perowi, bukanlah merupakan keharusan dan hanya merupakan jalan untuk menerima hati dalam menerima yang isi yang di beritakan itu. Jika dirasa tak perlu meminta saksi atau sumpah para perowi, merekapun menerima periwayatanya.
Adapun meminta seseorang saksi atau menyeluruh perawi untuk bersumpah untuk membenarkan riwayatnya, tidak dipandang sebagai suatu undang-undang umum diterima atau tidaknya periwayatan hadits. Yang diperlukan dalam menerima hadits adalah adanya kepercayaan penuh kepada perawi. Jika sewaktu-waktu ragu tentang periwayatanya, maka perlu didatangkan sakksi/keterangan.
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits diperoleh/atau di diriwayatkannya. Dengan sanad, suatu periwayataan hadits dapat diketahui mana yang dapat diterima dan di tolak dan mana hadits yang shohih atau tidak, untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia  untuk menetapkan hukum-hukum islam. Ada beberapa riwayat dan atsar yang menerangkan keutama’an sanad.








    C.  Mukharrij (rawi)
             Kata Mukharrij merupakan bentuk Isim Fa’il (bentuk pelaku) dari kata takhrij atau istikhraj dan ikhraj yang dalam bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan dan menarik. sedangkan menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya).
             Di dalam suatu hadis biasanya disebutkan pada bagian terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadis tersebut, semisal mukharrij terakhir yang termaksud dalam Shahih Bukhari atau dalam Sahih Muslim, ialah imam Bukhari atau imam Muslim dan begitu seterusnya.
           Seperti pada contoh hadis yang pertama, pada bagian paling akhir hadis tersebut disebutkan nama Al-Bukhari (رواه البخاري) yang menunjukkan bahwa beliaulah yang telah mengeluarkan hadis tersebut dan termaktub dalam kitabnya yaitu Shahih Al-Bukhari. Begitu juga dengan contoh hadis kedua yang telah mengeluarkan hadis tersebut ialah Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim.
Apabila kita mengutip matan hadits, dari kita tertentu, misalnya kitab shohih al-bukhori, kemudian kita mencari matan hadits yang sama di kitab yang lain (misalnya shohih muslim) dengan sanad yang berbeda, tetapi juga bertemu dengan sanad al-bukhori,maka pekerjaan yang demikian ini disebut istikhraj, atau takhrij. Sedang orang yang melakukan kegiatan tersebut juga dinamakan mukharij tersebut dihimpun dalam satu kitab, maka kitab yang demikian itu dinamakan kitab mustakhraj. Contohnya adalah kitab mustakhraj Abu Nu’aim, yaitu kitab mustakhraj hadits untuk hadits-hadits yang dimuat dalam kitab shahih al-Bukhori.








BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hadits nabi yang lengkap dan dapat dijamin kebenaranya harus meliputi sanad, matan dan perowi (periwayat)
Sanad adalah rantai penutur atau perowi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga Rosululloh. Sanad menggambarkan keaslian suatu ayat.
Matan merupakan akhir sanad yakni sabda Nabi Muhammad SAW. ada juga redaksi lain yang menyebutkan bahwa matan adalah ujung sanad ( gayah assanad) jadi bisa dikatakan bahwa matan itu adalah materi atau lafadz hadits itu sendiri.
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits diperoleh/atau di diriwayatkannya. Dengan sanad, suatu periwayataan hadits dapat diketahui mana yang dapat diterima dan di tolak dan mana hadits yang shohih atau tidak, untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia  untuk menetapkan hukum-hukum islam. Ada beberapa riwayat dan atsar yang menerangkan keutama’an sanad.
Rawi (perowi) adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah di dengar dan diterimanya dari seorang gurunya.
B.     Saran
Setelah kita mempelajari struktur hadits semoga dapat menambah wawasan khususnya tentang struktur hadits yang meliputi sanad, matan dan perowi. Dan juga kita bisa mengerti lagi tentang bagaimana hadits yang jelas sanadnya.
Mohon ma’af atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik dan saran sangat di butuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih baik dan benar.








DAFTAR PUSTAKA

M. Nawawi, Pengantar studi hadits.Surabaya: Kopertais IV Press,2010
Suparta, Munzier. Ilmu Hadits.Jakarta: PT RAJA GRAFINDO,2009
Hadi,Saeful, Ulumul Hadits,Yogyakarta:  SABDA MEDIA,2000
Solahudin, Agus , Ulumul Hadits, Bandung : CV PUSTAKA SETIA, 2009




[1] M.Nawawi,Pengantar Studi Hadith (Surabaya: Kopertais IV Press,2010), 17
[2]M.Nawawi,Pengantar Studi Hadith (Surabaya: Kopertais IV Press,2010), 17
3 Saeful hadi, Ulumul Hadits,(Yogyakarta:  SABDA MEDIA,2000), 10
[3]M.Nawawi,Pengantar Studi Hadith (Surabaya: Kopertais IV Press,2010), 17
3 Saeful hadi, Ulumul Hadits,(Yogyakarta:  SABDA MEDIA,2000), 10
[4] M.Nawawi,Pengantar Studi Hadith (Surabaya: Kopertais IV Press,2010), 24

1 komentar: